Inspirasi Kehidupanku (Bagian 2)

Sabtu, 09 Januari 2010

Postingan ini merupakan lanjutan dari postingan berjudul sama bagian satu. Ingin tahu siapa saja mereka yang menjadi inspirator kehidupanku, ayo baca postingan ini sampai selesai. Selamat membaca!

Inspirator pertama dan utama bagi seorang anak pastilah orang tua, ibu-bapak. Pengalaman mereka dalam mengarungi kehidupan yang menginspirasiku. Itulah perbedaan aku sebagai orang yang masih muda dengan mereka sebagai orang yang sudah tua. Orang yang sudah tua pasti pernah mengalami muda tapi orang yang masih muda belum mengalami masa tua. Dan dari pengalaman orang yang sudah tualah, orang muda belajar menjadi tua. Inspirasi yang aku dapat dari mereka adalah “SABAR, USAHA, dan KERJA KERAS”.

Kemudian, saat mencecap masa remaja, sama halnya dengan remaja lain, aku memiliki sosok inspirator dari kalangan public figure dan itu masih berlangsung sampai saat ini. Dia adalah selebriti remaja yang terkenal lewat kepiawaian aktingnya. Berkarir dari masih anak-anak hingga kini. Aneka karakter dalam berbagai judul sinetron, ftv, dan film telah diperankannya. Namun, stereotip yang menjadi citra dirinya adalah tokoh protagonis yang melulu merasakan kesusahan dan dijahati. Belum lama, ia juga memulai kiprahnya di dunia tarik suara dengan menelurkan sebuah mini album bertajuk Cerita Cinta Kita. Sosok inspirator kedua aku adalah Alyssa Soebandono. Mungkin Anda tertawa membaca bagian ini dan menganggap aku sebagai pribadi yang masih terlalu remaja karena masih bergulat dalam fans world. Tapi aku tak peduli tentang pikiran Anda itu.

Sosok Icha - nama panggilan Alyssa Soebandono – terus menerus menginspirasiku dalam hal sikap terhadap PENDIDIKAN. Sejak duduk di sekolah dasar aku mengikuti sepak terjangnya di dunia entertain melalui media massa dan televisi, aku berkesimpulan bahwa ia adalah sosok artis remaja yang berbeda. Tumbuh dalam keluarga yang berpendidikan menjadikannya sosok yang peduli pendidikan. Bukti bisa Anda telusuri lewat akun ‘aichasoebandono’ di jejaring sosial yang terkenal penuh kicauan (twitter). Dalam akun tersebut, Anda akan menemukan Melbourne sebagai lokasi keberadaan akun tersebut. Yah, benar. Ia memang di sana – Melbourne, Australia – untuk menuntut ilmu guna mencapai cita-citanya. Tak segan ia menanggalkan puncak kesuksesan karirnya yang dibangun dengan susah payah. Lewat wawancara singkat di sebuah pusat perbelanjaan saat momentum peluncuran albumnya, aku mengetahui bahwa ia akan menyelesaikan pendidikan strata 1 pada tahun 2011. Aku tak bisa merespon apa-apa saat itu, hanya decak kagum yang terus menerus terucap. Dia pernah merasakan akselerasi kelas atau kelas percepatan saat di bangku sekolah dan percepatan itu kini kembali dirasakannya di bangku kuliah. Jadi, jika tak ada aral melintang, ia akan lulus pada tahun depan dalam usia 19 tahun. Ckckckckck...

Tak hanya itu, karakter yang menjadi image atau citranya di dunia hiburan bukanlah penipuan apalagi kepalsuan. Keramahannya bukan karena ia ingin dipandang baik, tapi karena tulus dari dalam hatinya. Aku telah melihatnya langsung dan membuktikan hal itu. Seorang public figure pasti tak lepas dari badai gosip incaran wartawan infotaimen. Icha juga pernah mengalami hal itu. Menurut penilaian aku, dia bukanlah public figure yang ingin terkenal karena gosip. Masih menurut penilaian aku sih, Icha sangat tegas membatasi mana bagian hidupnya yang boleh terekspose (prestasi) dan mana bagian hidupnya yang hanya ia serta keluarga yang tahu (privasi). Ini penilaian aku, loh. Kalau Anda memiliki penilaian sendiri sok silahkan. Ada satu hal lagi yang jadi indikatorku, menempatkan ia sebagai inspirator kehidupan, yaitu tulisan hasil karyanya. Kagum karena ternyata ia jago menulis. Apalagi tulisannya itu banyak memotivasi orang lain. Coba deh kunjungi blog pribadinya untuk tahu tentang hal itu di alamat ini: http://ichalyssa-soebandono.blogspot.com

Inspirator berikutnya dalam hidupku adalah sahabat-sahabat paling baik yang ALLAH SWT kirim buat aku. Satu, Shedy Elshoum, si pintar yang bawel. Ndy – panggilannya – selalu mengajarkan aku untuk mensyukuri hidup bagaimana pun keadaannya. Ia selalu menyegarkan pikiranku lewat kuliah singkatnya yang kadang aku keluhkan sebagai kebawelannya. Ia selalu mengurangi bebanku dengan kesediaannya meluangkan waktu mendengarkan curhatanku yang sebenarnya tidak penting baginya.

Kedua, Ayrin Rizzky Amalia, si netral yang baik hati. Ririn – panggilannya – ini paling gak bisa kalau disuruh ikut pemungutan suara di antara kami. Karena sikap dia yang paling netral dengan selalu bilang, “gue mah ikut suara terbanyak ajah”. Lalu ada Friska Septa Amanda Putri, si penyayang yang kurang peka. Mpiz – panggilannya – selalu bisa bikin tertawa apalagi kalau bingung dengan kata ajaib (julukan istilah tertentu yang maknanya tidak diketahui oleh Friska) yang sering keluar dari mulut Ndy saat ia sedang berbagi sebuah informasi. Yang terakhir itu ada Ayu Maharani, tukang kentut yang selalu beruntung. Sumpah! Iri banget kalau lihat hidup dia. Kerjaan tetap setelah lulus kuliah, Kuliah sekarang jalan, setiap minggu jalan-jalan mulu lagi. Kalau diajak kumpul di base camp, ada aja alasannya, pergilah acara kantor, pergilah penataran, inilah-itulah. Makanya, kalau dia bisa datang pas kumpul, kita semua bersyukur.